Sunday, March 22, 2015

Mengenal Cotton Combed

APA COTTON COMBED 20S, 24S, 30S, DAN 40S?


Pada saat mulai memilih kaos polos, Anda akan sering dihadapkan pada istilah Cotton Combed 20s, 24s, 30s, atau 40s. Apa arti angka-angka tersebut?
Secara umum, semakin kecil angka semakin tebal bahan kaos yang dimaksud. Walaupun demikian, tidak ada standar yang pasti di antara para produsen bahan katun, sehingga istilah 20s dari produsen A bisa berbeda ketebalannya dengan bahan 20s dari produsen yang lain.
Angka 20, 24, 30, dan 40 menunjukkan tipe benang yang digunakan pada proses perajutan menjadi bahan kain.
Benang 20 biasanya digunakan untuk menghasilkan bahan kain dengan gramasi antara 180 - 220 gr/m2 untuk jenis rajutan jarum tunggal.
Benang 24 digunakan untuk menghasilkan bahan kain dengan gramasi antara 170 - 210 gr/m2 untuk jenis rajutan jarum tunggal.
Benang 30 digunakan untuk menghasilkan bahan kain dengan gramasi antara 140 - 160 gr/m2 untuk jenis rajutan jarum tunggal. Untuk jenis rajutan jarum ganda, bahan kain yang dihasilkan mencapai gramasi antara 210 - 230 gr/m2.
Benang 40 digunakan untuk menghasilkan bahan kain dengan gramasi antara 110 - 120 gr/m2 untuk jenis rajutan jarum tunggal. Untuk jenis rajutan jarum ganda, bahan kain yang dihasilkan mencapai gramasi antara 180 - 200 gr/m2.
Huruf 's' di belakang angka menunjukkan jenis rajutan untuk bahan kaos. 's' adalah singkatan dari single knit atau rajutan jarum tunggal. Jenis rajutan ini rapat, padat, kurang lentur. Sebagian besar bahan kaos katun yang beredar di pasaran menggunakan tipe rajutan jarum tunggal ini.
Selain single knit, juga ada double knit atau rajutan jarum ganda, bahan dapat digunakan bolak-balik, kedua sisinya sama saja. Bahan kaos double knit ditandai dengan huruf 'd' di belakang angka. Jenis rajutannya tidak rapat, kenyal, dan lentur, sehingga cocok digunakan untuk pakaian bayi dan anak-anak.
Kaos yang biasanya digunakan untuk bahan sablon kaos distro, umumnya menggunakan bahan kain katun combed 20s dan 30s.

sulap sulip


Cara Bermain Trik Sulap ini:
Pesulap menunjukan bahwa kedua tangannya kosong dan memang kosong tidak memegang apa-apa. Untuk membuktikanya pesulap menarik lengan bajunya secara bergantian.

Setelah itu pesulap menyatukan kedua tanganya dan melakukan gerakan membaca sesuatu untuk memberi efek yang lebih mengesankan. Tiba-tiba saja uang kertas 20 ribuan muncul dari tanganya ada sekitar 6 lembar.


Rahasianya Trik Sulap ini:
Saat melakukan permainan ini, gunakanlah baju lengan panjang kalo bisa jas. Siapkan beberapa lembar uang yang sudah kalian gulung dan letakan di belakang siku. Kalo sudah sekarang tinggal kelincahan kalian dalam mengalihkan perhatian.
Pada saat kalian menunjukan tangan kiri kalian kosong, tangan kanan kalian mengambil gulungan uang yang sudah kalian sediakan di belakang punggung siku tangan kiri kalian. Lalu kalian menyatukan kedua telapak tangan kalian untuk memberikesan kalian sedang bersiap-siap. Dan lakukanlah sedikit gerakan agar memberi efek yang mengesankan, tapi jangan berlebihan. Munculkanlah uang itu dengan tehnik kalian, bisa sambil menggosok-gosokan kedua telap tangan atau yang lain.



Nb: Dalam memainkan sulap ini sebelum uang yang ada di belakang siku kalian, jangan sekalai-kali siku kalian diluruskan. Tapi setelah uang yang ada di belakang siku sudah

Sunday, March 1, 2015

UGK punya Cerita



Hanya ada 12 kursi kayu dan enam kursi lipat di ruangan berukuran 5 x 5 meter ini. Jam menunjuk pukul 13.30 atau sudah saatnya kuliah dimulai, namun baru tiga kursi terisi, yakni oleh Wahyu (22), Tati (40), dan Arif (21). Mereka asyik berbincang, sambil sesekali tertawa.
"Nggak apa-apa kok dosennya yang telat. Paling sebentar lagi masuk. Gantian telat, karena biasanya malah saya dan teman-teman yang telat masuk. Para dosen, sih, biasanya malah masuk dan tepat waktu," ujar Wahyu, sambil membagi permen untuk dua temannya.
Tak lama, satu orang lagi masuk ke ruangan yang lebih mirip seperti ruang kelas ketimbang ruang kuliah ini. Sang dosen yang dinanti akhirnya muncul. Meski molor 30 menit dari jadwal, mata kuliah Genetika akhirnya dimulai. Tak ada nada protes dari mahasiswa-mahasiswa itu.

Bangga
Iklim perkuliahan di Universitas Gunung Kidul (UGK) ini memang berbeda dari kampus lain. Kampus yang berdiri sejak tahun 2001 itu, tak bisa dimungkiri, belum setenar kampus swasta lain di DI Yogyakarta. Mahasiswa yang didapat UGK pun bisa dibilang agak apa adanya.
Lulusan SMA/SMK di Gunung Kidul yang masih berkiblat ke Yogyakarta untuk meneruskan kuliah, tak banyak melirik UGK. Namun, UGK menjadi pilihan bagi warga Gunung Kidul yang sudah bekerja dan tak punya waktu banyak, namun berhasrat menempuh pendidikan sarjana.
Wahyu, yang adalah lulusan SMA, sehari-hari membuka konter pulsa di Nglipar. Sementara itu, Tati bekerja sebagai tenaga honorer penyuluh pertanian di Balai Penyuluh Pertanian Saptosari. Hanya Arif yang bisa dibilang mahasiswa murni. Arif, yang tinggal di Berbah, Sleman, ini masuk ke UGK karena diajak kakaknya.
Apa yang membuat Tati masuk UGK dan mengambil program studi (prodi) Agronomi?
"Yah mungkin, ijazah saya akan berguna suatu saat nanti. Siapa tahu, saya nanti mendapat kesempatan menjadi karyawan tetap dengan pertimbangan ijazah," ujar ibu tiga anak ini.
Menurutnya, kuliah di UGK sangat pas dari sisi penghematan waktu dan keuangan di kantong. "Saya pulang kerja pukul 12.00-14.00. Kalau kuliahnya di Yogya, saya harus naik motor. Bayangkan saja capeknya dan uang bensin yang keluar. Mendingan di UGK, lokasi dekat dari rumah, naik motor nggak sampai satu jam. Untuk biaya, di sini murah meriah, kok. Satu semester hanya habis Rp 1 jutaan," tutur Tati.
Wahyu juga menjawab senada. Dengan kuliah sore, maka pagi hingga siang dirinya bisa menjaga toko konter pulsanya. Tentang kuliahnya, Wahyu bercita-cita mendapat pekerjaan yang lebih bagus dengan ijazah di tangan. Ketika ditanya bagaimana kualitas perkuliahan di UGK, Wahyu menjawab sudah lumayan bagus. Jarang ada kuliah dan praktikum yang bolong. Itu cukup melegakannya.
"Kalau ditanya apa saya bangga kuliah di sini, jawabannya ya biasa saja. Saya nggak malu kok. Tapi memang, lebih bangga kan kalau kita lulusan kampus di Yogyakarta. Hanya saja, sekarang sarjana dapat ilmu tak hanya dari angka akademik saja, bukan? Lulusan kampus ternama juga bukan jaminan," ucap Wahyu.

Mahasiswa gigih bekerja
Tercatat, dari 250-an mahasiswa di 6 program studi di UGK saat ini, 60 persennya seperti Tati, yaitu bekerja sebagai karyawan. Sebanyak 40 persen lainnya adalah mahasiswa regular, yang umumnya lulusan SMA/SMK.
Rektor UGK Wahyu Purwanto mengakui, mau tak mau, perkuliahan di kampus yang salah satu pendirinya adalah almarhum mantan rektor UGM, Koesnadi Harjasoemantri, ini mesti menyesuaikan dengan kondisi mahasiswanya. Satu hal yang sulit ditolak adalah, jam kuliah ditaruh sore hari.
"Untuk bertanding secara akademik dengan kampus lain di Yogyakarta, UGK jelas kesulitan. Lha wong, kami masih bergelut dengan masalah administrasi. Yang bisa kami jual saat ini adalah UGK mengembleng mahasiswa agar ulet dan gigih bekerja," kata Wahyu Purwanto yang dilantik sebagai rektor akhir November lalu.
UGK memang masih tertatih-tatih merangkak, namun UGK bertekad terus maju. Bukan hal mustahil bukan?