Tuesday, April 1, 2014

Sejarah arti MILANISTI.




Diharapkan dokumen ini dapat memberikan pengetahuan yang baik bagi penggemar AC MILAN dan para pecinta sepak bola dimanapun anda berada.
Berikut ini adalah informasi penting untuk anda ketahui:
ARTI DARI KATA MILANISTI ADALAH WARGA KOTA MILAN. 
Tidak ada satupun quotes/merchandises/chants/yells resmi AC Milan yang menyebutkan kata "Milanisti" yang merujuk kepada arti → supporter. Dan supporter AC Milan disebut LEONI, sedangkan bentuk jamaknya adalah LEONISTA.
Lantas dari manakah semua kesalah-kaprahan ini berasal?
Dalam chant "Poveri Scouser Tommasi",
Ada lirik:"Oh, io sono un Milanisti. Evengodalla Curva Sud".
Inilah awal mula kesalah-kaprahan tersebut di INDONESIA. Apa? Di Indonesia? Ya, benar, hanya di Indonesia saja kita mendengar pendukung AC Milan menyebut diri Milanisti. Di negara lain tak ada yang salah kaprah, mereka menyebut diri mereka LEONISTA. Adapun makna dari lirik tadi: si Tommasi ini adalah prajurit Italia yang dikirim ke Libya saat Perang Dunia II. Dan disetiap Dog Tag akan tertera dari Divisi manakah dia, dan dicantumkanlah bahwa dia berasal dari divisi di kota Milan. Itulah sebabnya sebelum tewas, dia berkata bahwa dia adalah seorang Milanisti (warga kota Milan). Namun, kecintaannya terhadap AC Milan membuat Tommasi yang sedang sekarat pun tetap bangga mengaku sebagai seorang LEONI (suporter AC Milan), dengan berkata bahwa dia tak hanya sebagai warga kota Milan semata, melainkan dia berasal dari Curva Sud. Curva Sud (salah satu tribun di stadion San Siro yang paling aktif ngechants pada saat itu). Dengan keterbatasan informasi di Indonesia, terutama di era 1970 – awal 1980 an dimana kaum muda hanya mengenal sepakbola luar negeri melalui Dunia Dalam Berita, dan pertandingan final sepak bola hanya sesekali ditayangkan secara langsung oleh TVRI dipertengahan 1980 an, ditambah dengan lebih mudahnya menghafal kata Milanisti (karena memiliki susunan huruf yang mendekati AC Milan) dibandingkan "Leoni", dan ditambah dengan tingkat kesalah-kaprahan yang tinggi didalam penggunaan kata di masyarakat Indonesia, membuat penyebaran kesalahan makna "Milanisti" ini menjadi semakin cepat, dan malah menggeser Leoni sebagai istilah yang benar. Apalagi kemudian diperparah pula dengan watak kita semua yang "udah salah, ngotot pula". Dan juga watak "membiarkan kesalahan berlanjut karena gak mau repot", dan juga watak "berkelakar-bercanda diseputar kesalahan".
Akhirnya pada saat pertengahan 1990 an dimana persaingan TV Swasta mulai merebak, mangawali kejayaan tunggal RCTI dengan Decoder-nya, maka muncullah ide untuk menayangkan secara langsung pertandingan sepak bola Liga Italia oleh salah satu Direktur Utama TV saat itu. Dan si presenter pertandingan di TV Indonesia kerap menyebut kata "Milanisti" saat dia berceloteh mengenai suporter AC Milan. Pengaruh media sangatlah luas, dan akhirnya mencuci otak para anak muda yang rata2 SMA atau baru masuk kuliah saat era pertengahan 1990 an itu. Mereka2 ini kerap berkumpul sepulang sekolah dan akhirnya semakin meluas pula kesalahan penggunaan kata "Milanisti" ini. Saat bertemu orang lain yang menggunakan jersey/ atribut AC Milan, akan dengan ramah disapa: "oh, kamu Milanisti juga yah?" yang semakin membuat penggunaan ngaco ini berlanjut. Hingga puncaknya adalah Twitter dimasa kini.
Lantas, dari manakah istilah LEONISTA itu berasal?
Ya, tepat. Rujukan kata itu bersumber dari kata LEONE, atau Singa. Awalnya, penggunaan istilah Leoni ini disematkan oleh Herbert Kilpin (salah seorang pendiri AC Milan dan penyandang ban kapten pertama di AC Milan) yang kagum ketika melihat auman singa, ketika ia sedang berjalan-jalan di sebuah kebun binatang di barat kota Milan bernama Fornaca Di Tesolin (sekarang kebun binatang ini bernama Romagnoni Angelo), ketika itu dia melihat sekawan singa yang tengah tidur dan tiba-tiba seorang petugas datang untuk member makan dan ketika singa terbangun ia membuka mulutnya dan mengaum dengan suaranya yang cukup keras, disini Kilpin menilai auman singa sangatlah buas dan menakutkan, ia pun menginginkan suara pendukung yang buas ketika mendukung timnya di stadion maka itulah Kilpin yang pertama kali menyebut pendukung AC Milan adalah Leoni (singa) yang menginginkan tim ini adalah pemberani disetiap tribun disamping warna merah-hitam yang merujuk pada keberanian dan ketakutan lawan.
Maka itu Leonista terutama buruh-buruh kapal Sissilia, yang banyak berlabuh dari kota Genoa ke Milan. Mereka ini lebih kasar, pemabuk, namun lebih "garis keras" dalam mendukung tim sepak bola. Nah, pada perkembangannya, AC Milan tampak lebih menarik untuk disimak, sehingga para Milanisti (warga kota Milan) mulai menyematkan istilah LEONISTA kedalam diri mereka, karena mereka turut melebur kedalam suasana mendukung AC Milan. Dan seiring dengan perjalanan waktu, sejarah demi sejarah ditorehkan oleh AC Milan, akhirnya muncullah sebutan bagi para supporter AC Milan yang non - Milanisti, bukan warga kota Milan, dengan sebutan LEO ESTERO. Julukan ini "sedikit" bernada merendahkan, dalam artian: Leo Estero hanya bisa mendukung lewat TV di negaranya, tak hadir disetiap pertandingan kandang di San Siro, atau tak nongkrong rutin di IL BENEGGI (Pub diseberang Curva Sud). Para pendukung AC Milan (Leonista) notabene kini merupakan Milanisti (warga kota) dan tak lagi buruh kapal luar pulau, bahkan sebagian besar merupakan SCOUSER (sub-race/ suku bangsa berlogat). Sehingga saat kejayaan AC Milan berimbas ke dunia luas, maka penggunaan julukan "Leo Estero" bagi supporter AC Milan non warga kota Milan pun semakin luas.
DAN JIKA KALIAN MASIH NGOTOT MENGGUNAKANISTILAH "MILANISTI" saat kalian nanti ke San Siro, maka bersiaplah untuk diejek oleh beberapa oknum Leonista yang mabuk. Biasanya mereka langsung mengenali kita sebagai turista (turis), mereka akan ramah menyapa kita, dan jika kalian memang cinta AC Milan, maka katakanlah: "Sono un Milan troppo Leoni, a proposito", dan mereka akan semakin ramah dan akrab, menyapamu dengan jawaban: " Oh, quindi sei un Leo Estero, felice di sentirlo. Si tratta di suonare un campanello di sicuro. Un altro perno, amico?". Tapi bayangkanlah jika kesalah-kaprahan penggunaan "Milanisti" ini terjadi, maka mereka akan langsung mengenali logat Italian kalian yang jelas2 sangat tidak ber-scouser, dan mereka (jika mabuk) akan mengejekmu meminta kalian mengeluarkan ID Card (Kartu Tanda Penduduk) kota Milan.
Kesalahkaprahan penggunaan kata didalam bahasa Indonesia, dan serapan bahasa asing kedalam Bahasa Indonesia sangatlah mudah ditolerir. Dan sebagai sesama LEONISTA, tentunya para Milanisti (warga kota Milan) -- jika bukan oknum yang sedang mabuk -- akan melayani kita dengan ramah, apalagi status kita sebagai turis, sebagai Leo Estero (pendukung AC Milan yg berasal dari luar kota Milan, bahkan luar negeri). Akhirnya, demi untuk menjalin silaturahmi, JIKA KAMU BERTANYA seperti ini: "Saya pendukung AC Milan, tapi saya bukan warga kota Milan. Apakah saya boleh menyebut diri saya sebagai seorang Milanisti?", maka karena keramahan mereka, para orang kota Milano ini akan menjawab: "Oh, tentu saja boleh" untuk menghargai perkenalan kalian. Inilah yang kemudian menyebabkan EVOLUSI BAHASA.
Penggemar AC Milan di Indonesia sangatlah banyak, dan hampir semuanya menyebut mereka sebagai Milanisti, dan bukan Leoni. Please jangan menyebut kalian sebagai Leo Estero, secara itu adalah "ejekan tidak langsung". Dan ditambah pula dengan adanya istilah INTERISTI bagi fans Internazionale dikalangan para Milanisti (warga kota Milan).
Akhirnya, penyematan label "Milanisti" menjadi sangat maklum dikalangan para turis. Dalam bahasa sinisnya, para Leonista akan "siiiiii, siiiiii, qualunque" jika kalian mengaku2 sebagai Milanisti (padahal maksudnya adalah sebagai Leoni). Saking dimaklum-nya, akhirnya menjadi semakin maklum, kesalah-kaprahan semakin berlanjut, dan bahkan "dicantumkan" oleh seseorang (non Scouser) kedalam kamus tak resmi AC Milan bahwa → Milanisti adalah warga kota Milan, namun karena ada Interisti (pendukung Inter), maka Milanisti juga dapat bermakna sebagai fans (penggemar) Inter. Ingat, fans ... PENGGEMAR, dan bukan seperti LEONISTA yang bermakna sebagai SUPPORTER/ pendukung. Berdasarkan penjelasan tadi, maka kita semua semakin cerdas, sadar, dan mengerti. Ini bukan mengenai "setuju atau tidak setuju". Ini bukan mengenai "toleransi atau alibi tidak diterima". Ini mutlak mengenai kebiasaan salah kaprah didalam penggunaan bahasa asing. Ingat, budaya sepak bola di Italia JAUUUUUHH melebihi budaya sepak bola di negara kita. Tak perlu disangkal, karena semua orang sudah tahu siapakah Negara tersukses pencetak pemain dan pemilik Piala Dunia terbanyak di Eropa mengenai olah raga yang satu ini.
KESALAH-KAPRAHAN PENGGUNAAN BAHASA AKAN TERUS BERLANJUT DAN MENYEBAR, tinggal dari diri kalian, apakah kalian ingin semakin cerdas, atau kalian membandel dan ngotot dan tidak mau semakin mencerahkan pengetahuan.
Dulu saya juga menyebut diri saya seorang milanisti tapi setelah tahu info ini jadi saya seorang LEONI
FORZA MILAN 1899

No comments:

Post a Comment