Diharapkan dokumen ini dapat memberikan pengetahuan yang baik
bagi penggemar AC MILAN dan para pecinta sepak bola dimanapun anda berada.
Berikut ini adalah informasi penting untuk anda ketahui:
ARTI DARI KATA MILANISTI ADALAH WARGA KOTA MILAN.
Tidak ada satupun quotes/merchandises/chants/yells resmi AC Milan yang menyebutkan kata "Milanisti" yang merujuk kepada arti → supporter. Dan supporter AC Milan disebut LEONI, sedangkan bentuk jamaknya adalah LEONISTA.
ARTI DARI KATA MILANISTI ADALAH WARGA KOTA MILAN.
Tidak ada satupun quotes/merchandises/chants/yells resmi AC Milan yang menyebutkan kata "Milanisti" yang merujuk kepada arti → supporter. Dan supporter AC Milan disebut LEONI, sedangkan bentuk jamaknya adalah LEONISTA.
Lantas dari manakah semua kesalah-kaprahan ini berasal?
Inilah awal mula kesalah-kaprahan tersebut di INDONESIA. Apa? Di
Indonesia? Ya, benar, hanya di Indonesia saja kita mendengar pendukung AC Milan
menyebut diri Milanisti. Di negara lain tak ada yang salah kaprah, mereka
menyebut diri mereka LEONISTA. Adapun makna dari lirik tadi: si Tommasi ini
adalah prajurit Italia yang dikirim ke Libya saat Perang Dunia II. Dan disetiap
Dog Tag akan tertera dari Divisi manakah dia, dan dicantumkanlah bahwa dia
berasal dari divisi di kota Milan. Itulah sebabnya sebelum tewas, dia berkata
bahwa dia adalah seorang Milanisti (warga kota Milan). Namun, kecintaannya
terhadap AC Milan membuat Tommasi yang sedang sekarat pun tetap bangga mengaku
sebagai seorang LEONI (suporter AC Milan), dengan berkata bahwa dia tak hanya
sebagai warga kota Milan semata, melainkan dia berasal dari Curva Sud. Curva
Sud (salah satu tribun di stadion San Siro yang paling aktif ngechants pada
saat itu). Dengan keterbatasan informasi di Indonesia, terutama di era 1970 –
awal 1980 an dimana kaum muda hanya mengenal sepakbola luar negeri melalui
Dunia Dalam Berita, dan pertandingan final sepak bola hanya sesekali
ditayangkan secara langsung oleh TVRI dipertengahan 1980 an, ditambah dengan
lebih mudahnya menghafal kata Milanisti (karena memiliki susunan huruf yang
mendekati AC Milan) dibandingkan "Leoni", dan ditambah dengan tingkat
kesalah-kaprahan yang tinggi didalam penggunaan kata di masyarakat Indonesia,
membuat penyebaran kesalahan makna "Milanisti" ini menjadi semakin
cepat, dan malah menggeser Leoni sebagai istilah yang benar. Apalagi kemudian
diperparah pula dengan watak kita semua yang "udah salah, ngotot
pula". Dan juga watak "membiarkan kesalahan berlanjut karena gak mau
repot", dan juga watak "berkelakar-bercanda diseputar
kesalahan".
Akhirnya pada saat pertengahan 1990 an dimana persaingan TV
Swasta mulai merebak, mangawali kejayaan tunggal RCTI dengan Decoder-nya, maka
muncullah ide untuk menayangkan secara langsung pertandingan sepak bola Liga
Italia oleh salah satu Direktur Utama TV saat itu. Dan si presenter
pertandingan di TV Indonesia kerap menyebut kata "Milanisti" saat dia
berceloteh mengenai suporter AC Milan. Pengaruh media sangatlah luas, dan
akhirnya mencuci otak para anak muda yang rata2 SMA atau baru masuk kuliah saat
era pertengahan 1990 an itu. Mereka2 ini kerap berkumpul sepulang sekolah dan
akhirnya semakin meluas pula kesalahan penggunaan kata "Milanisti"
ini. Saat bertemu orang lain yang menggunakan jersey/ atribut AC Milan, akan
dengan ramah disapa: "oh, kamu Milanisti juga yah?" yang semakin
membuat penggunaan ngaco ini berlanjut. Hingga puncaknya adalah Twitter dimasa
kini.
Lantas, dari manakah istilah LEONISTA itu berasal?
Ya, tepat. Rujukan kata itu bersumber dari kata LEONE, atau Singa. Awalnya, penggunaan istilah Leoni ini disematkan oleh Herbert Kilpin (salah seorang pendiri AC Milan dan penyandang ban kapten pertama di AC Milan) yang kagum ketika melihat auman singa, ketika ia sedang berjalan-jalan di sebuah kebun binatang di barat kota Milan bernama Fornaca Di Tesolin (sekarang kebun binatang ini bernama Romagnoni Angelo), ketika itu dia melihat sekawan singa yang tengah tidur dan tiba-tiba seorang petugas datang untuk member makan dan ketika singa terbangun ia membuka mulutnya dan mengaum dengan suaranya yang cukup keras, disini Kilpin menilai auman singa sangatlah buas dan menakutkan, ia pun menginginkan suara pendukung yang buas ketika mendukung timnya di stadion maka itulah Kilpin yang pertama kali menyebut pendukung AC Milan adalah Leoni (singa) yang menginginkan tim ini adalah pemberani disetiap tribun disamping warna merah-hitam yang merujuk pada keberanian dan ketakutan lawan.
Ya, tepat. Rujukan kata itu bersumber dari kata LEONE, atau Singa. Awalnya, penggunaan istilah Leoni ini disematkan oleh Herbert Kilpin (salah seorang pendiri AC Milan dan penyandang ban kapten pertama di AC Milan) yang kagum ketika melihat auman singa, ketika ia sedang berjalan-jalan di sebuah kebun binatang di barat kota Milan bernama Fornaca Di Tesolin (sekarang kebun binatang ini bernama Romagnoni Angelo), ketika itu dia melihat sekawan singa yang tengah tidur dan tiba-tiba seorang petugas datang untuk member makan dan ketika singa terbangun ia membuka mulutnya dan mengaum dengan suaranya yang cukup keras, disini Kilpin menilai auman singa sangatlah buas dan menakutkan, ia pun menginginkan suara pendukung yang buas ketika mendukung timnya di stadion maka itulah Kilpin yang pertama kali menyebut pendukung AC Milan adalah Leoni (singa) yang menginginkan tim ini adalah pemberani disetiap tribun disamping warna merah-hitam yang merujuk pada keberanian dan ketakutan lawan.
Maka itu Leonista terutama buruh-buruh kapal Sissilia, yang
banyak berlabuh dari kota Genoa ke Milan. Mereka ini lebih kasar, pemabuk,
namun lebih "garis keras" dalam mendukung tim sepak bola. Nah, pada
perkembangannya, AC Milan tampak lebih menarik untuk disimak, sehingga para
Milanisti (warga kota Milan) mulai menyematkan istilah LEONISTA kedalam diri
mereka, karena mereka turut melebur kedalam suasana mendukung AC Milan. Dan
seiring dengan perjalanan waktu, sejarah demi sejarah ditorehkan oleh AC Milan,
akhirnya muncullah sebutan bagi para supporter AC Milan yang non - Milanisti,
bukan warga kota Milan, dengan sebutan LEO ESTERO. Julukan ini
"sedikit" bernada merendahkan, dalam artian: Leo Estero hanya bisa mendukung
lewat TV di negaranya, tak hadir disetiap pertandingan kandang di San Siro,
atau tak nongkrong rutin di IL BENEGGI (Pub diseberang Curva Sud). Para
pendukung AC Milan (Leonista) notabene kini merupakan Milanisti (warga kota)
dan tak lagi buruh kapal luar pulau, bahkan sebagian besar merupakan SCOUSER
(sub-race/ suku bangsa berlogat). Sehingga saat kejayaan AC Milan berimbas ke
dunia luas, maka penggunaan julukan "Leo Estero" bagi supporter AC
Milan non warga kota Milan pun semakin luas.
DAN JIKA KALIAN MASIH NGOTOT MENGGUNAKANISTILAH
"MILANISTI" saat kalian nanti ke San Siro, maka bersiaplah untuk
diejek oleh beberapa oknum Leonista yang mabuk. Biasanya mereka langsung
mengenali kita sebagai turista (turis), mereka akan ramah menyapa kita, dan
jika kalian memang cinta AC Milan, maka katakanlah: "Sono un Milan troppo
Leoni, a proposito", dan mereka akan semakin ramah dan akrab, menyapamu
dengan jawaban: " Oh, quindi sei un Leo Estero, felice di sentirlo. Si
tratta di suonare un campanello di sicuro. Un altro perno, amico?". Tapi
bayangkanlah jika kesalah-kaprahan penggunaan "Milanisti" ini
terjadi, maka mereka akan langsung mengenali logat Italian kalian yang jelas2
sangat tidak ber-scouser, dan mereka (jika mabuk) akan mengejekmu meminta
kalian mengeluarkan ID Card (Kartu Tanda Penduduk) kota Milan.
Kesalahkaprahan penggunaan kata didalam bahasa Indonesia, dan
serapan bahasa asing kedalam Bahasa Indonesia sangatlah mudah ditolerir. Dan
sebagai sesama LEONISTA, tentunya para Milanisti (warga kota Milan) -- jika
bukan oknum yang sedang mabuk -- akan melayani kita dengan ramah, apalagi
status kita sebagai turis, sebagai Leo Estero (pendukung AC Milan yg berasal
dari luar kota Milan, bahkan luar negeri). Akhirnya, demi untuk menjalin
silaturahmi, JIKA KAMU BERTANYA seperti ini: "Saya pendukung AC Milan,
tapi saya bukan warga kota Milan. Apakah saya boleh menyebut diri saya sebagai
seorang Milanisti?", maka karena keramahan mereka, para orang kota Milano
ini akan menjawab: "Oh, tentu saja boleh" untuk menghargai perkenalan
kalian. Inilah yang kemudian menyebabkan EVOLUSI BAHASA.
Penggemar AC Milan di Indonesia sangatlah banyak, dan hampir semuanya menyebut mereka sebagai Milanisti, dan bukan Leoni. Please jangan menyebut kalian sebagai Leo Estero, secara itu adalah "ejekan tidak langsung". Dan ditambah pula dengan adanya istilah INTERISTI bagi fans Internazionale dikalangan para Milanisti (warga kota Milan).
Penggemar AC Milan di Indonesia sangatlah banyak, dan hampir semuanya menyebut mereka sebagai Milanisti, dan bukan Leoni. Please jangan menyebut kalian sebagai Leo Estero, secara itu adalah "ejekan tidak langsung". Dan ditambah pula dengan adanya istilah INTERISTI bagi fans Internazionale dikalangan para Milanisti (warga kota Milan).
Akhirnya, penyematan label "Milanisti" menjadi sangat
maklum dikalangan para turis. Dalam bahasa sinisnya, para Leonista akan
"siiiiii, siiiiii, qualunque" jika kalian mengaku2 sebagai Milanisti
(padahal maksudnya adalah sebagai Leoni). Saking dimaklum-nya, akhirnya menjadi
semakin maklum, kesalah-kaprahan semakin berlanjut, dan bahkan "dicantumkan"
oleh seseorang (non Scouser) kedalam kamus tak resmi AC Milan bahwa → Milanisti
adalah warga kota Milan, namun karena ada Interisti (pendukung Inter), maka
Milanisti juga dapat bermakna sebagai fans (penggemar) Inter. Ingat, fans ...
PENGGEMAR, dan bukan seperti LEONISTA yang bermakna sebagai SUPPORTER/
pendukung. Berdasarkan penjelasan tadi, maka kita semua semakin cerdas, sadar,
dan mengerti. Ini bukan mengenai "setuju atau tidak setuju". Ini
bukan mengenai "toleransi atau alibi tidak diterima". Ini mutlak
mengenai kebiasaan salah kaprah didalam penggunaan bahasa asing. Ingat, budaya
sepak bola di Italia JAUUUUUHH melebihi budaya sepak bola di negara kita. Tak
perlu disangkal, karena semua orang sudah tahu siapakah Negara tersukses
pencetak pemain dan pemilik Piala Dunia terbanyak di Eropa mengenai olah raga
yang satu ini.
KESALAH-KAPRAHAN PENGGUNAAN BAHASA AKAN TERUS BERLANJUT DAN
MENYEBAR, tinggal dari diri kalian, apakah kalian ingin semakin cerdas, atau
kalian membandel dan ngotot dan tidak mau semakin mencerahkan pengetahuan.
Dulu saya juga menyebut diri saya seorang milanisti tapi setelah
tahu info ini jadi saya seorang LEONI
FORZA MILAN 1899
No comments:
Post a Comment